Dilihat 0 Kali

UIN SUKA
Dokumentasi Acara

Rabu, 20 April 2022 23:55:42 WIB

DEMA dan SEMA Sukses Mengadakan Dialog Moderasi Beragama yang Menghadirkan Tiga Tokoh Religi

Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) berkolaborasi dengan Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora telah mengadakan kegiatan dialog moderasi beragama mengangkat isu dengan tajuk “Merawat Persatuan dalam Keberagaman”. Kegiatan ini berlangsung di Interactive Center FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada hari Selasa (19/04/2022).

Dialog ini menghadirkan tiga narasumber yang mewakili tiga religi berbeda, yaitu Kiai M. Jadul Maula selaku tokoh agama Islam, Dr. Andreas Joko Wicoyo, M.S selaku tokoh agama Katolik dan Paulus Kristianto selaku tokoh agama Kristen.

Acara ini dibuka oleh Dr. H. Mamat Rahmatullah selaku Kepala Biro Administrasi Akadaemik Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam Sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Negara Indonesia yang penuh dengan keberagaman ini menjadi simbol persatuan yang dikemas dalam Bhinneka Tunggal Ika. Setiap suku bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri baik dari segi budaya maupun sosial harus dijaga dan dirawat agar tetap harmonis. Terlebih dalam keberagaman beragama mengingat Indonesia adalah negara yang religius.

Kiai Jadul, selaku tokoh agama Islam menuturkan, “Diri kita sebenarnya satu, tapi beragam. Terlebihnya unsur pokok manusia adalah ketuhanan. Sebab dalam sel-sel manusia terdapat tanda tanya agung yang pada akhirnya akan bermuara pada Tuhannya masing-masing. Dalam Al-Qur’an ada dua gerak, yaitu yang mengarah pada kesatuan dan perbedaan. Maka dari itu, kita harus meyakini yang satu, juga mengakui dan menghargai perbedaan.”

Joko, sosok tokoh agama katolik juga menjelaskan bahwa kerukunan sudah diciptakan sejak lama, untuk membangun sikap keberagaman di tengah berbagai desakan ketegangan seperti saat ini diperlukan sikap yang inklusif (terbuka), inovatif (terus menerus memperbaharui diri), dan transformatif (berdaya ubah). Dan moderasi beragama bisa dimulai dari diri sendiri. Oleh karena itu “Kedamaian ada ketika kita menerima perbedaan” tambahnya.

Figur agama Kristen, Paulus juga menegaskan bahwa wujud kebersaamaan dalam keberagaman ini diumpamakan seperti sepuluh jari yang memiliki fungsi berbeda dalam satu kesatuan, tuturnya.

Rangkaian dialog ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, pemberian cindera mata kepada narasumber dan foto bersama. Ariyo, mahasiswa Sosiologi angkatan 2021 menanyakan terkait masalah penolakan pembangunan rumah ibadah Non Islam. Ketiga narasumber pun menjelaskan bahwa ini juga merupakan tugas dari mahasiswa yang harus meneliti apa yang menjadi penyebab fenomena tersebut. Karena pada dasarnya tidak ada persoalan dari Islam sendiri, dan hal ini juga harus ditinjau dari segi yuridis, sosiologis, bahkan filososfis serta harus mengacu pada Pancasila.

Kemudian Moh. Fahri, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2020 menanyakan terkait hal sentimen yang dapat merusak moderasi beragama. Ketiga narasumber menyimpulkan bahwa hal-hal yang dapat merusak moderasi beragama diantaranya adalah pembelahan politik, akibat konsumsi media yang tidak dicernati lebih lanjut, dan kepercayaan diri individu yang masih lemah.

Ketiga narasumber memungkas dialog dengan memberikan wejangan kepada para mahasiswa untuk terus menulis dan melakukan riset tentang permasalahan moderasi untuk menadapatkan solusi berdasarkan ilmu pengetahuan serta bergaul dengan orang yang berbeda agar dapat membangun self confident yang tinggi. (Ormawa FISHUM)