Memaknai Kebebasan Film One Piece

Andrian Febriandi, S.Sos., Alumni Prodi Sosiologi
Bagi pencinta anime dari Jepang, mungkin tidak asing lagi mendengar kata One Piece. One Piece merupakan salah satu karya anime yang sampai saat ini masih populer yang menceritakan tentang sekolompok bajak laut yang dipimpin oleh Monkey D. Luffy yang pergi mengarungi lautan untuk mencari harta karun terbesar didunia yang ditinggalkan oleh mantan Raja Bajak Laut terdahulu.
Kisah Monkey D. Luffy bersama teman-temannya menarik perhatian bagi Andrian Febriandi, S.Sos., Alumni Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Penelitiannya mengenai kebebasan dalam film ini kemudian menjadikannya sebagai wisudawan dengan penyusunan skripsi terbaik dari Prodi Sosiologi Periode I Tahun Akademik 2019/2020.
“Kebebasan merupakan tanda yang memberi ciri khas pada kodrat manusia. Seseorang akan menjadi pribadi yang berarti jika ia menjadi mampu memilih yang dikehendaki dan yang ingin dikerjakannya. Secara kodrati kebebasan dianggap sebagai hak dari setiap orang yang lahir di dunia,” begitulah tulisnya dalam paragraph awal latar belakang masalahnya.
Skripsi yang ia tulis berjudul Diskursus Kebebasan dalam Anime, Studi Kasus Anime One Piece Movie Gold dibimbing langsung oleh Achmad Uzair, S.IP., M.A, Ph.D. Andrian Febriandi, S.Sos., mengaku tertarik dengan konsep kebebasan yang diceritakan dalam film ini.
“Pada film ini kebebasan bahkan masih menjadi masalah di masyarakat yang makmur. Hal itu dibuktikan dengan adanya ancaman kebebasan yang datang dari penguasa. Selain itu ancaman kebebasan juga bisa datang keinginan seseorang yang ingin menjadi semakin makmur dengan cara berjudi yang mengakibatkan kehilangan kebebasan,” jelasnya.
Secara teori, Film One Piece karya Eiichiro Oda ini dianalisis menggunakan studi analisis media yaitu discourse analytic, sociolinguistic, dan non-linguistic. Discourse analysis merupakan sebuah cara bagaimana kita mengkaji discourse yang terdapat dalam suatu film yang tentunya terdapat teksnya. Selain itu discourse analysis juga mengkaji interaksi sosial dengan menganalisis medium yang dipakainya yaitu bahasa.
“Ada dua hal penting yang harus digarisbawahi tentang bahasa. Pertama, secara sistemik bahasa adalah wacana atau teks yang terdiri dari sejumlah unit kebahasaan yang secara hirarkis berkerja secara simultan dari system yang lebih rendah. Kedua, secara fungsional bahasa digunakan untuk mengekspresikan tujuan atau fungsi sosial dalam situasi dan konteks kultural,” jelasnya.
Secara diskriptif, Andrian menceritakan detail-detail interaksi yang terjadi dalam film One Piece Movie Gold. Menurutnya, pada film ini diskursus kebebasan dibangun melalui cerita-cerita tentang perbudakan, perjudian, dan ketamakan seorang pemimpin yang diperlihatkan oleh para tokoh dalam berbagai adegannya.
“Adegan puncak dari film ini ialah ketika warga kota dan bajak laut Topi Jerami melakukan perlawanan terhadap Tesoro yang sudah banyak bikin orang menderita. Hal itu dibuktikan ketika warga kota berbicara “ayo rebut kebebasan kita”. Perlawanan ini merupakan simbol dalam usaha mereka mendapatkan kebebasan kembali,” imbuhnya. (tri)
#SociologicalUpdates