Dilihat 0 Kali

UIN SUKA

Senin, 16 Desember 2024 20:11:49 WIB

Cerpen: Langkah Kecil Menuju Masa Depan

Fajar merekah di langit Yogyakarta. Di sudut kampus UIN Sunan Kalijaga, Alif berdiri memandangi papan besar bertuliskan “Empowering Knowledge, Shaping the Future”. Slogan itu sederhana, tetapi terasa menggugah setiap kali ia membaca. Seolah kata-kata itu adalah janji yang harus ia penuhi.

Alif adalah mahasiswa baru Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM). Sejak kecil, Alif percaya bahwa ilmu adalah jembatan menuju perubahan. Namun, tidak pernah sekali pun ia berpikir bahwa perjalanan menuju “masa depan” akan penuh kerikil dan tanjakan.

“Alif, besok kita ada diskusi tentang peran komunikasi dalam pembangunan sosial, jangan lupa!” seru Zahra, sahabatnya.

“Iya, Ra. Siap!” jawab Alif, meski pikirannya masih tenggelam dalam slogan tadi.

Setiap kali melihat logo fakultasnya yang berwarna cerah dengan kata "Empowering Knowledge", Alif merasa semangatnya diperbarui. Ia mengingat bagaimana ayahnya selalu berkata, “Ilmu itu seperti lentera. Bawa ke mana pun, maka gelap akan pudar.” Tetapi, bagian "Shaping the Future" membuatnya tertegun. Bagaimana mungkin ia, seorang anak desa biasa, bisa membentuk masa depan?

Hari itu, dosen mata kuliah Sosiologi memaparkan materi tentang perubahan sosial. Alif duduk di barisan tengah, mencatat dengan saksama. Di akhir kuliah, sang dosen berkata, “Kalian bukan sekadar mahasiswa. Kalian adalah pembentuk masa depan. Jadikan ilmu kalian bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga masyarakat.”

Kata-kata itu seperti gema dari logo fakultasnya. Alif pulang dengan langkah lebih ringan dan hati lebih yakin. “Empowering Knowledge, Shaping the Future” bukan sekadar slogan di papan. Itu adalah panggilan untuk bertindak.

Malam itu, ia membuka buku catatannya. Ia memikirkan ide-ide kecil untuk membantu desa asalnya. Ia ingin mengajarkan anak-anak kecil membaca, ingin membantu ibu-ibu memahami cara memanfaatkan teknologi sederhana untuk usaha mereka.

“Langkah kecil, tapi pasti,” gumamnya sambil tersenyum.

Hari-hari berikutnya, Alif semakin aktif. Ia ikut komunitas relawan, membantu penelitian, dan sering berdiskusi tentang solusi masalah sosial. Tak lama, teman-temannya mulai menyadari bahwa Alif memiliki semangat yang berbeda. Slogan itu tidak lagi hanya menggantung di fakultas, tetapi hidup dalam diri Alif dan teman-temannya.

Suatu hari, ia berdiri lagi di depan logo besar itu. Kali ini, ia tidak merasa kecil. Ia tahu, dengan ilmu yang ia pelajari, ia bisa menjadi bagian dari masa depan yang lebih baik.