Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Orasi Ilmiah dalam rangka memperingati Dies Natalis Dua Dekade. Mengangkat tema besar “Humaniora di Era Digital: Membangun Jembatan Kultural dan Intelektual”, acara yang berlangsung di Conference Room FISHUM Lt.1 ini menghadirkan sejumlah orator lintas disiplin dan dihadiri oleh para dekan Fakultas Ilmu Sosial dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta, serta civitas academica FISHUM UIN Sunan Kalijaga yang turut memadati ruang pertemuan.
Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FISHUM, Prof. Dr. Erika Setyanti Kusumaputri, S.Psi, M.Si, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran humaniora dalam era digital. Menurutnya, perkembangan teknologi yang begitu cepat membuka peluang besar, tetapi sekaligus menghadirkan tantangan serius bagi kehidupan masyarakat. Humaniora, kata beliau, memiliki fungsi strategis untuk memastikan agar perubahan digital tidak menggerus nilai kemanusiaan, melainkan memperkuat daya kritis, etika publik, dan ketangguhan bangsa.
Suasana ilmiah semakin hidup dengan hadirnya tiga orator utama. Dr. Phil. Ahmad Norma Permata dari Prodi Sosiologi menyampaikan orasi berjudul “Membangun Ketangguhan Bangsa di Era Digital, Belajar dari Yogyakarta”. Ia menguraikan bagaimana Yogyakarta, dengan tradisi budaya, nilai gotong royong, serta atmosfer intelektualnya, dapat menjadi contoh bagi bangsa Indonesia dalam membangun ketangguhan sosial. Menurutnya, bangsa yang kuat di era digital bukan hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi, melainkan juga oleh kemampuan menjaga solidaritas sosial dan integritas budaya.
Sementara itu, Dr. Rama Kertamukti, M.Sn dari Prodi Ilmu Komunikasi, mengupas persoalan “Hoaks, Disinformasi, dan Etika Komunikasi Publik di Tengah Kekacauan Informasi: Humaniora di Era Digital, Membangun Jembatan Kultural dan Intelektual”. Rama menegaskan bahwa derasnya arus informasi di media sosial tidak selalu menghadirkan kebenaran. Sebaliknya, hoaks dan disinformasi kerap mengaburkan fakta serta mengganggu kohesi sosial. Dalam pandangannya, literasi digital dan etika komunikasi menjadi kebutuhan mendesak agar masyarakat mampu menghadapi gempuran informasi tanpa kehilangan arah. Akademisi humaniora, menurutnya, tidak boleh hanya berperan sebagai pengamat, tetapi harus hadir sebagai penjaga etika publik dan penghubung antara masyarakat, media, dan negara.
Adapun Prof. Dr. Nurus Sa’adah, M.Si., Psikolog dari Prodi Psikologi menyoroti sisi lain dari era digital melalui orasi berjudul “Tantangan Psikologi di Masa Kini dan Masa Depan”. Beliau menekankan bahwa generasi muda saat ini menghadapi tekanan psikologis yang tidak ringan akibat banjir informasi, budaya perbandingan di media sosial, hingga munculnya kecenderungan adiksi digital. Kondisi tersebut, menurut Prof. Nurus, berpotensi menimbulkan masalah kesehatan mental yang serius jika tidak diantisipasi dengan baik. Oleh karena itu, strategi pendidikan, konseling, dan intervensi psikologi yang lebih adaptif sangat diperlukan untuk mempersiapkan generasi tangguh di masa depan.
Kehadiran para dekan Fakultas Ilmu Sosial se-Yogyakarta menandai semangat kolaborasi lintas kampus dalam menjawab tantangan era digital. Sementara partisipasi aktif civitas academica FISHUM, baik dosen, mahasiswa, maupun tenaga kependidikan menambah semarak dan menunjukkan betapa kuatnya rasa memiliki terhadap fakultas ini. Orasi ilmiah tersebut akhirnya bukan hanya menjadi forum akademik semata, tetapi juga ruang refleksi bersama yang menegaskan bahwa humaniora harus hadir di garda depan dalam menjaga nilai kultural, memperkuat etika, dan membangun ketangguhan bangsa di tengah arus digitalisasi yang tak terelakkan.
Acara ini menjadi salah satu rangkaian penting dalam perayaan dua dekade FISHUM UIN Sunan Kalijaga, yang terus mengusung semangat kebaruan, inklusivitas, dan keberlanjutan. Dengan semangat kolaboratif dan responsif terhadap dinamika zaman, FISHUM bertekad untuk memperkokoh peran humaniora sebagai jembatan kultural dan intelektual demi kemajuan bangsa.