Di balik tembok Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, semangat perbincangan tentang masa depan komunikasi bergolak hangat. Kamis pagi, 19 Juni 2025 diruang Multimedia FISHUM menjadi arena pertemuan pikiran antara teknologi dan keberlanjutan bisnis komunikasi dalam sebuah Diskusi kreatif yang menghadirkan figur penting di dunia kreatif digital Indonesia, yang diselenggarakan S2 Media dan Komunikasi.
Kuliah umum bertajuk "AI dan Keberlanjutan Bisnis Komunikasi" ini dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan I FISHUM, Ambar Sari Dewi, S.Sos., M.Si., Ph.D., yang menekankan pentingnya kesiapan akademisi dalam menyambut era kecerdasan buatan. "Dalam menghadapi tantangan AI, kita tidak hanya membutuhkan literasi teknologi, tetapi juga keberanian untuk tetap menjunjung etika komunikasi," ujarnya di hadapan peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan FISHUM. Kaprodi S2 Media dan Komunikasi, Dr. Fatma Dian Pratiwi, memberikan pernyataan yang serupa, bahwa AI adalah cermin manusia dalam menanggapi kemajuan teknologi.
Hadir sebagai pembicara utama adalah Sam August Himmawan, sosok yang tak asing di dunia industri kreatif digital. Sebagai Executive Director Purupiru, Jakarta, Sam dikenal sebagai inisiator berbagai kampanye komunikasi berbasis budaya dan teknologi. Dengan gaya lugas dan penuh humor, ia membedah bagaimana kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang memperkuat bukan hanya efisiensi, tetapi juga nilai-nilai keberlanjutan dalam bisnis komunikasi modern. Dalam paparannya, Sam menyampaikan bahwa AI bukan pengganti kreativitas manusia, melainkan mitra dalam memperluas daya jangkau imajinasi. “Kita ini sedang hidup di zaman di mana ide bukan sekadar konten, tapi juga data,” ujarnya sambil memperlihatkan simulasi penggunaan AI dalam manajemen media sosial dan strategi pemasaran digital.
Alumni Ilmu Komunikasi UNPAD ini memulai karier sebagai produser konten independen sebelum mendirikan Purupiru, sebuah lembaga kreatif yang fokus pada produksi kampanye sosial, edukasi digital, dan strategi komunikasi berbasis data. Portofolionya mencakup kerja sama dengan lembaga nirlaba, institusi pemerintah, hingga komunitas budaya urban. Sam juga aktif menulis di berbagai media tentang pertemuan antara budaya, media, dan kecerdasan buatan.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari civitas academica FISHUM. Mahasiswa terlihat antusias menanggapi materi yang disampaikan, bahkan beberapa langsung berdiskusi tentang penerapan AI dalam proyek akhir mereka. “Sangat membuka wawasan. Selama ini saya kira AI hanya milik teknokrat,” ujar Mutiara, mahasiswa semester 6 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Kuliah umum ini menjadi bagian dari agenda berkelanjutan Program Studi Media dan Komunikasi FISHUM yang berkomitmen mempertemukan ruang akademik dengan praktik industri aktual. “Kami ingin menjembatani antara ruang kelas dan realitas profesional,” ujar salah satu panitia dari program studi.Hari itu, FISHUM bukan hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga laboratorium masa depan—tempat para calon komunikator merumuskan peran mereka di era algoritma.