Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) didukung oleh COMTC kembali menggelar Seminar Series, kali ini dengan mengusung tajuk “Menyoal Etika Komunikasi Politik Menjelang Pemilu Serentak 2024”. Kegiatan yang berlangsung pada Senin (6/12) pagi ini digelar secara hybrid di ruang Interactive Center FISHUM dan disiarkan secara daring melalui Zoom Meeting dan Live YouTube. Adapun kegiatan ini diisi oleh 4 narasumber utama, diantaranya Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A., Prof. Dr. Teguh Prasetyo, Rendra Widyatama, Ph.D., dan Yanti Dwi Astuti, M.A.
Dalam sambutannya, Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si. Dekan FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga menyambut baik acara ini. Menurut beliau dengan memiliki etika, seseorang diharapkan mampu menilai diri, mengenal diri mereka secara kritis agar bertindak sesuai moralitas dan berlandaskan pengetahuan, tanggung jawab dan hati nurani. Maka, tema pada seminar series kali ini menjadi isu penting bagi masyarakat dan khususnya bagi kaum akademisi. Dr. (cand) Drs. Bono Setyo, M.Si. selaku Direktur COMTC menyampaikan bahwa meskipun tahun 2024 masih cukup lama, namun dinamika pemilu sudah mulai nampak dari sekarang. Hal ini didukung dengan beredarnya baliho-baliho yang memunculkan nama-nama tertentu, yang kemungkinan akan maju pada pemilu 2024 mendatang. Menurutnya, secara etika komunikasi, kampanye terselubung semacam ini kurang tepat.
Senada dengan itu, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. menekankan pentingnya moral. Menurutnya, jika moral ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia, maka akan selalu ada cara untuk melanggar aturan-aturan yang ada. Meski begitu, ia menjelaskan bahwa masing-masing kita tidak berhak menyalahkan siapapun sebab hampir seluruh elemen terlibat dan menyaksikan pelanggaran-pelanggaran itu. Ia juga menegaskan bahwa moral individu dan kualitas moral secara politik masih menjadi PR bangsa Indonesia secara menyeluruh.
Sementara itu, Prof. Dr. Teguh Prasetyo selaku narasumber kedua melanjutkan sesi dengan memaparkan seputar teori keadilan bermartabat, suatu teori sistem hukum yang berdasarkan pancasila. Dalam hal ini, ia juga menyampaikan seputar etika penyelenggaraan pemilu yang demokratis dan bermartabat.
Lebih lanjut, narasumber ketiga, Rendra Widyatama, Ph.D. turut menyampaikan seputar etika komunikasi politik dalam pemilu 2024 yang menurutnya sudah di ujung tanduk. Ia menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab hal tersebut, beberapa diantaranya adalah adanya akademisi yang terseret pusaran politik, pelibatan tokoh agama untuk mendukung partai dan tokoh tertentu, serta penggunaan agama sebagai alat politik. Kaitannya dengan hal tersebut, Rendra Widyatama, Ph.D. juga menawarkan beberapa solusi, diantaranya memasifkan pendidikan literasi digital, mendorong moderasi beragama, melakukan rekayasa sosial, penguatan dewan pers, KPI, Kominfo, Kepolisian, dan juga lembaga-lembaga pengawas pemilu.
Narasumber terakhir, Yanti Dwi Astuti, M.A., menutup sesi dengan menyampaikan seputar isu-isu hoax yang beredar menjelang pemilu 2024. Selain itu, ia juga menjelaskan seputar etika politik di ruang digital, cara menjadi etis di media digital, juga cara menangkal penyebaran berita hoax di media sosial. (Natasyha/Tim Kreatif)