Kartini dan Spirit Perempuan dalam Politik

HMPS Sosiologi mengadakan seminar diperingatan Hari Kartini, Senin 23 April 2018. Seminar kali ini merupakan kerjasama antara HMPS Sosiologi dengan Laboratorium Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga. Bertemakan “Kartini dan Spirit Perempuan dalam Politik,” seminar yang berlangsung di Interactive Center (IC) FISHUM ini merupakan rangkaian kegiatan dari HMPS di peringatan Hari Kartini itu sendiri. Sebelumnya, tanggal 21 April bertepatan dengan Hari Kartini, HM-PS dan Lab Sosiologi membagikan bunga kepada masyarakat di 0 KM.

Seminar ini diawali dengan membedah film Kartini dan dilanjut dengan diskusi tentang spirit kartini modern dalam bidang politik. Dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Mochammad Sodik,S.Sos, M.Si,. serta menghadirkan 3 pembicara yaitu Dr. Hj.Yuni Satia Rahayu,SS,M.Hum (Wakil Bupati Sleman 2010-2015), Dr.Muryanti, M.Si (Dosen Sosiologi FISHUM), dan Anggi Candra Lestari (Mahasiswi Sosiologi angkatan 2015).

Perjuangan yang dilakukan Kartini pada zamannya menjadi energi bagi kaum perempuan saat ini untuk terus memperjuangkan emansipasi. Ada banyak perempuan lain yang berusaha mendapatkan keadilan dan haknya pada masa perjuangan, tetapi Kartini bisa saja tidak berbuat apa-apa karena dirinya lahir dari kalangan priyayi (bangsawan). Sebenarnya bisa saja dia tidak perlu memikirkan orang lain, karena hidupnya berbeda dengan perempuan lain.

Kita terjebak dalam pemikiran bahwa perempuan tidak mampu, perempuan tidak bisa memimpin, tidak berkualitas. Paling utama lagi, orang bilang perempuan itu tidak kuat dan lemah. Terkadang, kaum lelaki mengakui perempuan mampu melakukan sesuatu, namun masih ada ruang untuk selalu membandingkan kekuatan seorang laki-laki dengan seorang perempuan, hingga dapat berakibat pada melemahnya kerja dan perjuangan perempuan. Perbedaan terlihat pada pendekatan dan perjuangan antara perempuan dan laki-laki, pendekatan perempuan cenderung lebih lembut jika dibandingkan dengan laki-laki.

Di sesi pertama, pemateri membedah isi dari film Kartini yang disampaikan oleh Anggi Candra Lestari. Ia menyampaikan bahwa film Kartini berisi tentang kegelisahan Kartini pada adat istiadat yang tak berpihak kepada perempuan dan membelenggu mereka. Kartini ingin kaum perempuan dapat mengenyam bangku sekolah sama halnya dengan kaum laki-laki. karena Kartini beranggapan bahwa sebagai calon ibu haruslah pandai dalam bidang ilmu untuk anak dan suaminya kelak, tidak hanya bisa macak, masak, dan manak. Perempuan harus berusaha agar dapat bermanfaat bagi orang-orang dan lingkungannya.

Dr. Hj. Yuni Satia Rahayu, SS., M.Hum menyampaikan bahwa Kartini modern (perempuan sekarang) tidak hanya harus pintar dalam bidang akademik tetapi juga harus aktif dalam berbagai hal, salah satunya harus masuk dan aktif dalam bidang politik. Sejak gerakan tahun 2002, telah menghasilkan adanya 30% hak perempuan untuk berpolitik dalam birokrasi dan partai politik. Sehingga mahasiswi sebagai Kartini modern harus bisa memanfaatkan ruang yang sudah diberikan, tetapi banyak perempuan yang tidak memanfaatkan ruang tersebut karena mereka masih tidak memperoleh restu orang tua dan keluarga serta gagalnya kaderisasi partai politik dan persepsi negatif tehadap perempuan yang terjun pada bidang politik.

Sedangkan Dr.Muryanti M.Si menyampaikan bahwa politik sangat diperlukan terlebih khusus bagi perempuan karena politik sebagai akses mempercepat kesetaraan tapi tak serupa dan membongkar belenggu yang ada pada perempuan. Raga perempuan boleh saja dibentengi tetapi jangan sampai pikiran dan jiwa mereka juga ikut di bentengi. Seperti yang disampaikan oleh Kartini, “tubuh boleh terpasung tapi jiwa dan pikiran harus terbuka seluas-luasnya”.

Perempuan dapat masuk dan aktif dalam bidang politik, karena mereka mempunyai wadah serta posisi. Perempuan yang terjun dalam politik harus berusaha untuk mewujudkan kesetaraan dan hak setiap orang untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita R.A Kartini. (Samsul)