Syawalan dan Tasyakuran Akreditasi Unggul - Seminar Kebangsaan “Membangun Kebersamaan dalam Keberagaman”

Dokumentasi Acara
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga usai menggelar Syawalan dan Tasyakuran Akreditasi Unggul sekaligusSeminar Pengembangan Wawasan Kebangsaan “Membangun Kebersamaan dalam Keberagaman” pada Rabu (25/5). Acara ini bertempat di Interactive Center (IC) dan disiarkan secara daring melalui platform zoom meeting serta live YouTube.
Turut hadir dalam acara tersebut, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. (Rektor UIN Sunan Kalijaga), Dra. Hj. Susiloningsih M.A. (Dekan terpilih periode 2006-2010), tenaga pendidik dan tenaga kependidikan beserta keluarga, dan tak lupa Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D.
Handini, M.Ikom., ketua panitia acara ini mengucapkan rasa terima kasih dan kebanggaannya terhadap prestasi yang diraih oleh FISHUM. Sambutannya dilanjutkan oleh Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si. selaku Dekan FISHUM. “Beberapa hal yang ada di Fishum, ada sama kerja dan ada yang sama-sama kerja. Oleh sebab itu jika dikaitkan dengan tema kita hari ini sangat pas, karena hal ini merupakan langkah awal menuju kebersamaan. Layaknya bermain bersama, bergembira bersama. Perbedaan itu akan menjadi perekat kebersamaan,” ungkap beliau.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A. dalam sambutannya menegaskan sekaligus mengajak serta hadirin untuk berlomba dalam kebaikan. “Dalam acara kita pasti merasakan lelah, letih, dan lesu. Hal ini merupakan bagian dari ibadah dalam kehidupan, mari berjuang atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) ini sering membuat saya tidak bosan, karena orang-orangnya itu ngangenin dan sering mengadakan acara,” pungkas beliau seraya membuka acara tersebut.
Acara pun dilanjutkan dengan kesan pesan Syawalan. Pesan pertama disampaikan oleh Prof. Dr. H. Siswanto. Beliau mengatakan bahwa orang mampu menikmati hidup apabila memiliki kesehatan yang baik. Beliau juga menegaskan teladan itu harus lahir dan batin, “karena kita akan menjadi teladan bagi semuanya, apalagi kita pulang ke kampung halaman masing-masing”.
Tidak hanya itu, beliau juga menyampaikan poin-poin keseharian dalam hidup. Pertama, infak itu tidak hanya sebuah pemberian atau yang kita kenal dengan zakat, tenaga pikiran juga merupakan infak, “oleh karena itu mari mengabdi menuju fishum mendunia,” ajaknya. Kedua, tahan amarah. Hal ini merupakan wujud dari pengabdian kepada diri kita maupun orang lain. Ketiga, saling kasih sayang, maaf memaafkan jika ada salah dari salah satu maupun yang disekitarnya.
Pesan selanjutnya disampaikan oleh Prof. Susilaningsih. “Pertama kali saya melihat fishum sangat luas dan menyentuh, hari ini saya lihat fishum merasa sempit, sekaligus bangga dan terharu bahwa fishum ini akan terkenal dengan wawasan baru tanpa meninggalkan ideologi awal fishum”.
Dr. Erika Setyanti Kusumaputri, S.Psi., M.Si. selaku kaprodi Psikologi menyampaikan bahwa tema acara ini merupakan kemajemukan yang dikenal dengan pluralisme. Hal ini perlu dijaga atau bisa dikatakan dengan kewajiban. Dalam keseharian, perbedaan itu harus diintegrasikan dan tidak bisa disamakan, sebab yang membuat bekerja sama adalah insan. Keberagaman disini juga dikatakan harmonisasi. Dalam harmonisasi ini pasti banyak tantangan, jadi harmoni disini adalah proses pengembangan diri sendiri maupun yang ada disekitar, jadi harus ada keseimbangan,” tegasnya.
Sementara itu, Dr. Rama Kertamukti, M.Sn. selaku kaprodi Ilmu Komunikasi menyampaikan bahwa menjadi orang berkeadilan yang kolektif atau kata lain ditengah-tengah itu harus dilatih secara perlahan dari diri sendiri terlebih dahulu. “Saya sebagai orang komunikasi tidak harus diberitakan ke semuanya, kita harus berada ditengah-tengah dalam artian pervillege. Pun dalam sebuah kegiatan atau kerja sama kita harus saling kebersamaan berpikir, kebersamaan berjuang agar kita bisa menikmati bersama maupun kepada diri sendiri. Dan ilmu tanpa sanad tidak akan menemukan akarnya; jangan pernah bosan untuk mencarinya pun keberagaman tanamkan kepada diri kita maupun lingkungan yang ada disekitar kita”.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D, juga turut menyampaikan pesan kesannya di hadapan hadirin acara tersebut. Menurutnya, apa yang memisahkan kita tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang mempersatukan kita. “Buktinya hari ini saya dipertemukan kembali dengan kalian-kalian semua, pun dengan segala kenikmatan berbangsa maupun kenikmatan bersama keluarga dan ummat. Ada beberapa sunnatullah yang perlu kita sadarai seperti makan dan minum jangan berlebihan, jika ada perlawanan atas perbuatan tersebut maka engkau akan diberi hukuman oleh alam. Contohnya kecilnya merokok di ruang AC,” jelas beliau dengan tawa khasnya sambil melucu.
Tidak hanya itu beliau juga menyampaikan poin bahwa mencari ilmu itu wajib. “Ummatan wasathan berimplikasi makna penerapan akan nilai-nilai kebaikan, keadilan, keseimbangan, dan selainnya dalam keberislaman. Secara teologis, Islam menanamkan nilai ketauhidan. Islam menafikan atheisme ataupun politeisme. Islam menampik penghambaan terhadap materialisme (maddiyun), namun juga menolak jalan ruhani (ruhaniyyun) yang murni mengenyahkan urusan duniawi. Islam terdiri dari komponen akidah, muamalah, dan akhlak yang harus diimplementasikan secara sinkron. Islam bukan semata menawarkan ilmu, tetapi mewajibkan pengamalan yang bermuara pada kemaslahatan”.
Acara Syawalan dan Tasyakuran sekaligus Seminar Kebangsaan ini diakhiri dengan foto bersama oleh Dekanat dan kaprodi, lalu ditutup dengan salam sungkeman Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga. (Nofail & Natasya/Tim Kreatif)