Seminar Series : Etika Ekonomi Islam

Sesi Foto Bersama
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga mengadakan seminar series (12/02/2019). Bertempat di ruang sidang lantai II FISHUM, seminar series kali ini mengangkat tema Etika Ekonomi Islam. Bekerjasama dengan Moslem Global Affair (MoGA) UIN Sunan Kalijaga dan didukung oleh ketiga program studi yakni Sosiologi, Psikologi dan Ilmu Komunikasi, seminar kali ini mengundang beberapa narasumber.
Narasumber yang mengisi seminar kali ini antara lain ialah Ahmad Mansur, BBA, MEI, M.A. (Dosen FEBI UIN Sunan Ampel) dan Dr. Phil. Ahmad Norma Permata, M.A. (Dosen Prodi Sosiologi FISHUM UIN Sunan Kalijaga) serta dimoderatori oleh Dr. Muryanti, M.A selaku Dosen Prodi Sosiologi FISHUM UIN Sunan Kalijaga. Dalam sambutan sekaligus membuka acara, Dr. Mochamad Sodik S.Sos., M.Si., Dekan FISHUM berharap bahwa seminar kali ini bisa menjadi pintu awal terbentuknya komunitas epistemik yang sesuai dengan bidang masing-masing. Tema yang diangkat terkait dengan ekonomi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat.
“Meskipun dalam konteks global, kita harus mengakui ekonomi masyarakat muslim memang terus terang masih sangat jauh dibandingkan dengan yang lain. Nah ini harus kita renungkan. Atau jangan-jangan etika yang diajarkan oleh nenek moyang dulu itu keliru. Sehingga membuat kita bergerak pada sektor ekonomi itu menjadi sangat lambat. Ini harus kita refleksikan. Bagaimana dengan etika ekonomi Islam ini justru mendorong kita semakin semangat perubahan semakin semangat bersaing, semangat untuk koperatif juga seimbang,” jelasnya.
Dr. Muryanti, M.A saat memandu acara, juga memantik beberapa poin penting dalam seminar kali ini. Beliau membuka dengan sejarah sistem ekonomi yang dipakai oleh Indonesia. Bahwa sejarahnya, masyarakat Indonesia menerapkan sistem tradisionalis yang sangat kuat. Dimana kepentingan sosial ditempatkan lebih tinggi dibandingkan dengan kepentingan ekonomi. “Jadi orang itu lebih suka melakukan kegiatan sosial. Ketika buka toko, tokonya akan tutup ketika tetangganya meninggal. Ketika ada orang hajatan. Jadi, kepentingan sosial itu selalu diatas kepentingan ekonomi,” jelasnya.
Setelah tahun 50-60an itu, paradigma pembangunan di Indonesia berubah menjadi developmentalism yaitu pembangunan yang arahnya modern. Karen tadi dikatakan oleh orang Amerika yang ke Indonesia, ekonomi kita itu tradisional, jadi harus dirubah menjadi modern.
“Kemudian tahun 2005, itu ada seorang tokoh Joseph E. Stiglitz , itu mengatakan bahwa Making globalitation Work. Ekonomi kapital dengan 2 prinsipnya yakni ekonomi kapitalis dengan ekonomi konsumeris itu menjadi dua sisi yang saling berhimpitan. Jadi orang itu mengkapitalisasikan uang dan tujuannya adalah untuk konsumsi. Yang paling dikritik oleh tokoh ini adalah bagaimana dunia pertama membuat sistem hutang di mana Indonesia menjadi salah satu negara yang juga terjerat oleh hutang.” Imbuhnya lagi.
Tokoh ini juga memprediksikan bahwa ekonomi barat dengan sistem kapitalisme yang demikian itu akan mengalami titik kehancuran. Karen dia mengalami kesenjangan yang dalam tanda kutip orang itu dibikin berhutang. Bahkan negara dunia pertama itu wajib menghutangi supaya ekonomi global bisa berjalan dengan baik. Itu yang terjadi di Amerika tahun 2008 krisis kapitalisme itu sudah terjadi dan sampai sekarang susah untuk bangkit. Dan yang menjadi pemenangnya ialah ekonomi China. Mereka bisa memproduksi apa saja yang digunakan manusia, mulai dari peniti, bolpoin, dan lain-lain. Tidak hanya di China tetapi negara-negara dunia juga terinspirasi dari China. Bagaimana Islam melihat sistem ekonomi tersebut?.
Ahmad Mansur, BBA, MEI, M.A. dalam presentasinya yang berjudul Islamic Economics in the perspective of Kant’s Ethics of Deontological Economics menjelaskan mengenai Deontological economics. Kajian mengenai Deontological economics merupakan turunan dari Kant’s ethics. Dimana ia menjelaskan mengenai perilaku ekonomi masyarakat. Bahwa perilaku masyarakat didasarkan pada niat dan motif yang baik dan bukan sebaliknya. Ekonomi deontologis berada di akal, tidak hanya dalam perasaan dan akal manusia.
Ada tiga kategori imperatif dalam hal ini, yang pertama ialah The Golden Rule yang berbasis pada moral atau tingkat tertinggi dalam konsep khuluq. Kedua,konsep humanisme. Manusia sebagai pusat dari pembangunan. Sedangkan yang ketiga ialah tindakan.Setiap orang harus bertindak sesuai dengan hukum universal dan terikat oleh hukum universal itu.
Sementara itu, Dr. Phil. Ahmad Norma Permata, M.A menjelaskan mengenai konsep negara dan penerapan sistem ekonomi yang dimiliki oleh Ibnu Khaldun. Materinya yang berjudul Kesalihan Institusional : Etika Ekonomi Menurut Ibnu Khaldun, menjelaskan tentang sistem ekomi yang dinamika kesejahteraan. Pajak sebagai sumber penghasilan negara dan kesejahteraan rakyat. Fase awal kekuasaan, pajak rendah, wirausaha bermunculan, penghasilan negara meningkat. Sedangkan fase akhir kekuasaan, pajak tinggi, jumlah pengusaha menurun, penghasilan negara merosot.
Turut hadir dalam seminar kali ini Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Sulistyaningsih S.Sos., M.Si, Ketua MoGA Dr. Yayan Suryana,M.Ag, Kaprodi Sosiologi Achmad Zainal Arifin, M.A., Ph.D, Sekertaris prodi Ilmu Komunikasi Dr. Yani Tri Wijayanti, S.Sos, M.Si, Ketua Internasional Office UIN Sunan Kalijaga Achmad Uzair,S.I.P, M.A, Ph.D., Drs. Bono Setyo,M.Si selaku Ketua Communication Training and Studies FISHUM, Kepala Bagian Tata Usaha Dra. Budhi Susilowati dan Drs. Masjuri,M.Si. (tri)