Aktualisasi Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara Dalam Era Modernisasi

Himpunan Mahasiswa Progam Studi (HMPS) Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan Webinar dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI yang ke 75 dengan mengangkat tema "Aktualisasi Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara Dalam Era Modernisasi" yang menghadirkan Ria Putri Palupijati S.Pd., M.PA selaku Duta Museum Dewantara Kirti Griya 2017-2019 sebagai pemateri dan dimoderatori oleh Aulia Rachma Diah selaku Sekretaris HMPS Sosiologi. Acara ini berlangsung pada hari Kamis tanggal 20 Agustus 2020, pukul 15.00-17.15 WIB melalui aplikasi Zoom Meeting. Meskipun acara ini diselenggarakan secara virtual namun antusias peserta terbilang cukup banyak dikarenakan terdapat 369 pendaftar dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Adapun tujuan dari pelaksanaan webinar ini ialah untuk mempelajari dan memahami kembali bagaimana pentingnya pendidikan karakter yang sejak zaman dahulu sangat digaungkan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh di negeri ini. Tema ini dirasa perlu diangkat pasalnya di era modernisasi saat ini nilai pendidikan karakter mulai dikesampingkan sehingga realitas tersebut membuat kita perlu menilik kembali urgensi dari pendidikan karakter apalagi pada masa pandemi COVID-19 saat ini.

Acara ini diawali dengan sambutan oleh Ketua HMPS Sosiologi yaitu Fajar Wahyu Gumelar serta Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yaitu bapak Dr.Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si. Dalam sambutannya Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora sangat mengapresiasi atas diselenggarakannya acara webinar ini dan beliau berpesan bahwa "generasi muda untuk menjadi teladan harus memiliki jiwa kreatif, mampu memahami, dan menirukan serta menambahkan. Marilah kita gali potensi dari tokoh hebat di dalam negeri, seperti Ki Hadjar Dewantara".

Ria Putri Palupijati, S.Pd, M.PA dalam materinya menyampaikan bahwa pendidikan karakter dikonsepkan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan sebutan pendidikan budi pekerti yang bertujuan sebagai perlawanan terhadap pendidikan kolonial yaitu materialisme, intelektualisme, dan individualisme. Dimana dalam pendidikan budi pekerti tersebut tidak hanya mengedepankan intelektualitas tetapi lebih mengutamakan rasa kemanusiaan, naluri, insting, serta bagaimana cara kita untuk dapat bermanfaat bagi orang banyak. Beliau juga mengutip gagasan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu “Pengetahuan, kepandaian janganlah dijadikan tujuan tetapi semata-mata hanyalah alat. Bunganya kelak akan menjadi buah, itulah yang harus kita utamakan. Buahnya pendidik yaitu matangnya jiwa, yang dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib, suci, dan bermanfaat utuk orang lain.” Dalam webinar kali ini seluruh peserta sangat antusias menyimak pemaparan yang disampaikan oleh pemateri sehingga banyak sekali diskursus yang terjadi mengenai problematika pendidikan karakter yang terjadi saat ini. (tim media HMPS)