Dilihat 0 Kali

07_194_Picture1.png
FISHUM UIN Sunan Kalijaga Resmi Luncurkan Program Magister Psikologi

Sabtu, 02 Agustus 2025 09:15:00 WIB

FISHUM UIN Sunan Kalijaga Resmi Luncurkan Program Magister Psikologi: Menjawab Krisis Zaman dengan Ilmu dan Kemanusiaan

Di tengah derasnya arus transformasi peradaban yang kian kompleks, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengambil langkah strategis dan monumental: meluncurkan Program Magister Psikologi. Peluncuran ini bukan sekadar ekspansi akademik, melainkan ikhtiar menjawab kegelisahan zaman melalui lensa psikologi yang lebih humanistik, spiritual, dan transformatif.

Acara peluncuran yang digelar pada Kamis (31/7) di Aula Convention Hall lantai satu ini dikemas dalam bentuk Kuliah Umum bertajuk “The Future of Psychology: Psikologi Menjawab Tantangan Masa Depan.” Kuliah ini menghadirkan dua pemikir lintas disiplin: Dr. Fahruddin Faiz, filsuf modern dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, serta Dr. Pihasniwati, S.Psi., M.A., Psikolog, dosen sekaligus praktisi Psikologi FISHUM. Acara dipandu oleh Dr. Rachmy Diana sebagai moderator yang mengarahkan diskusi pada isu-isu kontemporer dunia psikologi.

Psikologi dan Krisis Kemanusiaan Modern

Dalam pemaparannya yang reflektif dan mendalam, Dr. Fahruddin Faiz mengajak audiens menyusuri dinamika relasi manusia dengan modernitas yang sering kali membiaskan esensi kemanusiaan itu sendiri. Ia menyoroti bagaimana proyek peradaban modern yang berlandaskan pada rasionalitas, teknologi, dan efisiensi, seringkali mengabaikan hakikat manusia sebagai makhluk spiritual dan eksistensial.

“Masa depan sering dirancang secara terburu-buru, tanpa cukup mempertimbangkan manusia sebagai pusatnya. Akibatnya, manusia terpinggirkan dari peradaban yang ia bangun sendiri,” ungkapnya. Ia menyitir berbagai tokoh seperti Copernicus, Darwin, hingga Haraway yang menggambarkan transisi peradaban dari humanisme menuju era pasca-manusia (post-human).

Fenomena ini, menurut Dr. Faiz, membawa dampak serius terutama bagi generasi muda seperti Gen Z yang kini menghadapi krisis eksistensial, kebingungan identitas, dan tekanan mental akut. Dengan mengutip Byung-Chul Han, ia menyebut manusia masa kini hidup dalam burnout society, masyarakat yang dilanda kelelahan, narsisme, dan depresi sebagai pola umum kehidupan.

Lebih jauh, ia mengidentifikasi empat krisis utama yang dihadapi manusia modern: dehumanisasi, ketergantungan kognitif, alienasi, dan krisis otoritas diri. “Kita hidup di era di mana teknologi mendekatkan apa yang jauh, tapi menjauhkan apa yang dekat. Pikiran kita makin sering menganggur, dan ketika menghadapi masalah, semuanya terasa gelap,” tegasnya.

Dalam konteks inilah, kehadiran Program Magister Psikologi diharapkan menjadi penopang kesadaran baru: bahwa psikologi bukan hanya ilmu klinis, tetapi juga ruang advokasi sosial dan kontemplasi eksistensial. Dr. Faiz menekankan pentingnya memperluas pendekatan dalam studi psikologi, membangun sinergi lintas disiplin, serta berani menyentuh wilayah-wilayah kehidupan yang selama ini diabaikan.

Dimensi Psikologi Islam: Solusi Holistik atas Luka Sosial

Berbeda namun saling melengkapi, paparan Dr. Pihasniwati menyoroti realitas kesehatan mental di dua medan sosial yang krusial: pendidikan dan dunia kerja. Dalam presentasinya berjudul “Memahami Peran Psikologi Islam dalam Kesehatan Mental di Lingkungan Pendidikan dan Tempat Kerja”, ia menyampaikan data mengejutkan: peningkatan angka bunuh diri sebesar 60% dalam lima tahun terakhir, dengan usia 15-20 tahun sebagai kelompok paling rentan.

Satu dari tiga remaja Indonesia tercatat mengalami masalah kesehatan mental, dan satu dari dua puluh mengalami gangguan serius. Bahkan, sebanyak 13.000 remaja menjadi korban kekerasan seksual. “Mereka tersenyum di luar, tapi runtuh di dalam,” ungkapnya lirih.

Menjawab tantangan ini, Prodi Magister Psikologi FISHUM akan memfokuskan kajian pada tiga pilar utama: keluarga, kesehatan mental, dan kepemimpinan. Ketiganya dipilih sebagai simpul strategis dalam upaya membangun masyarakat yang sehat secara mental, kuat secara spiritual, dan tangguh secara sosial.

Lebih menarik, pendekatan psikologi yang diusung tidak semata mengandalkan teori Barat yang sekuler dan reduksionis, melainkan memperkaya dengan nilai-nilai spiritual Islam. Praktik-praktik seperti dzikir, tawakal, dan husnudzon dibuktikan secara ilmiah mampu menurunkan stres, mencegah burnout, dan memperkuat ketahanan batin.

“Psikologi Islam bukan hanya alternatif, tetapi paradigma penting untuk menjembatani kebutuhan masyarakat yang kompleks dan spiritual,” terang Dr. Pihasniwati. Ia juga menambahkan bahwa pendekatan ini tidak hanya bermanfaat secara individual, tetapi juga dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan dan sistem kerja yang lebih manusiawi.

Peluncuran Prodi: Lebih dari Sekadar Administrasi Akademik

Peluncuran Program Magister Psikologi ini menandai lahirnya sebuah ruang baru dalam khazanah keilmuan di UIN Sunan Kalijaga. Ia hadir bukan hanya sebagai perluasan program studi, tetapi sebagai respon akademik, spiritual, dan sosial atas berbagai luka zaman. Program ini mengusung pendekatan transdisipliner, inklusif, dan reflektif, untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga peka terhadap krisis-krisis kemanusiaan kontemporer.

Dekan FISHUM, dalam sambutannya, menegaskan bahwa Prodi S2 Psikologi akan menjadi laboratorium pembelajaran tentang manusia, baik dari sisi teori maupun praktik. Ia juga menyampaikan bahwa program ini akan terus menjalin kolaborasi nasional dan internasional, mengembangkan riset-riset inovatif, serta mendorong kontribusi nyata di tengah masyarakat.

Dengan diluncurkannya program ini, FISHUM UIN Sunan Kalijaga kian meneguhkan diri sebagai institusi pendidikan yang tak hanya mencetak sarjana, tetapi juga membentuk pemikir dan praktisi yang berakar kuat pada nilai-nilai kemanusiaan, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial.