Bedah Buku: Bersahabat dengan Alam, Belajar Dari Masyarakat Dayak

Masyarakat Dayak merupakan kelompok etnis yang memiliki karakter unik dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka memiliki tradisi mengembara atau kehidupan yang berpindah-pindah (nomaden) secara berkelompok yang diwariskan secara turun-menurun.

Pengembaraan ini disebabkan dan menyebabkan kehidupan mereka sangat menyatu dengan alam, khususnya hutan. Keseluruhan hidupnya tergantung pada sumber daya hutan, mulai dari pemenuhan kebutuhan obat-obatan, spiritual, pangan, papan dan sandang. Kuatnya hubungan dengan alam tersebut merupakan sebuah pengetahuan tentang pengelolaan sumber daya lokal.

Begitulah kira-kira abstraksi dalam buku dengan judul Bersahabat dengan Alam: Belajar bersama Suku Dayak. Buku ini ditulis secara tim yakni Dr. Muryanti, M.A,. Doses Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHum), Dr. Sulistyaningsih S.Sos., M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan serta mahasiswa yakni Tri Muryani.

Tertarik untuk mendiskusikan buku ini, Laboratorium (Lab) Sosiologi mengadakan bedah buku dengan mengundang dua narasumber yakni Dr. Sulistyaningsih S.Sos., M.Si., dan Rika Lusri Virga, S.IP., M.A selaku Dosen Ilmu Komunikasi FISHum, selaku putri asli kelahiran Kalimantan. Diskusi bedah buku kali ini berlangsung di Interactive Center (IC) FISHum, Selasa, 15 Oktober 2019. Acara ini dimoderatori oleh Syaifuddin Sholeh Ts mahasiswa Sosiologi 2017.

“Adanya bedah buku untuk meningkatkan minat baca buku. Sehingga dari hal kecil, kami berharap sebagai mahasiswa, kita mampu meningkatkan minat baca minimal untuk diri kita sendiri,” jelas Ines Dyah selaku ketua Lab saat memberi sambutan.

Hadir dalam acara ini Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si., Dekan FISHum. Beliau mengapresiasi adanya karya-karya ilmiah seperti buku ini. Menurutnya buku ini menarik, karena ada nilai-nilai yang terkanding di dalamnya, terutama hubungan manusia dengan alam.

“Menarik buku ini ya. Bersahabat dengan alam, belajar bersama suku dayak. Tiga peneliti ini mencoba memahami dan belajar dengan suku dayak. Bagaimana kecerdasan lokal bisa kita pelajari dan dikoneksikan dengan kampus. Ini contoh bagaimana kita mempraktekan dalam hidup. Indonesia itu sangat kaya, kita bisa belajar dari manapun,” jelasnya saat mengisi sambutan.

Menurutnya, butuh kearifan untuk memperkuat sistem pengetahuan. Sehingga ilmu pengetahuan harus diperoleh dari banyak sumber. Buku ini menjadi menarik menurutnya, apalagi FISHum di bawah kepemimpinan Dr. Mochamad Sodik, juga membuat lingkungan Fakultas terasa sejuk dengan banyaknya pohon yang ditanam. Hal ini menjadi salah satu upaya FISHum tidak hanya memperhatikan persoalan hubungannya dengan manusia tetapi juga dengan alam.

Menurut keterangan dari Dr. Muryanti, buku ini merupakan hasil penelitian dengan tim nya di tahun 2017. Buku ini kemudian tahun 2019 diterbitkan oleh Penerbit Samudra Biru, Yogyakarta dengan no ISBN 978-623-7080-84-8. (tri)